Oleh: Herwiningsih
Ocehannya masih sangat lekat terngiang
dalam otakku. Penyampaiannya yang tegas, membuat hatiku bergejolak. Sampai pula
aku dalam temaram kemarahan.
Di sudut ruangan aku terdiam menantikan kawan yang tak
kunjung menampakkan hidungnya. Pandanganku lurus ke depan, terlihat sepasang
kekasih yang tengah bercengkrama hangat.
Lalu pandanganku menembus jauh menyeberangi mereka.
Hobiku yang suka menjelajah menghantarkanku bertemu
dengan sosok luar biasa. Tangankupun menjabat tangannya “Hilman” suaranya
menembus telingaku. Dengan suara terbaikku akupun membuka mulutku “ Maria”.
Pandangan kitapun saling bertemu, secepat kilat akupun melepas pandangan itu.
Dari
pertemuan itulah kamipun saling mengenal satu sama lain. Merasakan adanya
kerinduan saat tak berjumpa. Merasakan kehilangan saat tak mendengar kabar satu
sama lain. Itukah yang sering anak remaja katakan cinta?. Kekuatannya yang luar
biasa, menjadikan orang yang merasakan melayang bukan kepalang. Rasa senang
bersamanya memang membuat jiwa ini bergetar. Seakan dunia ini hanya milik kita
berdua.
Hilman seringkali membisikkan kata-kata indahnya di
telingaku. Membuat hatiku semakin bergejolak tak menentu. Bagai gulungan ombak
yang menerjang karang.
“Maria!” akhirnya tibalah kawan yang aku nantikan.
“ Sedang apa kamu? Kok segitunya melototi pasangan
itu”
“ Ah tidak, siapa yang melototi mereka, entar belekan
mata ane” tawa kitapun pecah mengejutkan sepasang kekasih di seberang sana.
Kitapun lari dengan mulut yang masih terkekeh-kekeh.