Bukankah Kita Bersaudara

             Berjajar pilar-pilar Idiologi penuh makna, menyuarakan akan kebenaran tanpa batas. Disuarakan dari berbagai agama yang menjunjung tinggi sebuah arti kebenaran nan elok terdengar syahdu di telinga penganutnya. Saat agama menyerukan akan dirinya “ Aku bukanlah pemisah antara kau dan dia, tapi aku adalah sebuah pilihan dalam meraih tujuan dan menyongsong kemilau sebuah permata. Namun, seruan itu hanya angin lalu tanpa ada rasa hirau darimu. Kau sibukkan dirimu dengan pertikaian dan permusuhan.
            Terkisah dari berbagai Idiologi yang berbeda. Terangkai dalam ulasan kata bersenandung rasa. Dua sahabat dengan perbedaan Teologi, hingga mengantarkannya ke jalan pertikaian.
“ Amir, kamu mau kemana?” Tanya Farhan.
“ Aku mau tahlilan…!!!” jawab Amir.
“ Tahlilan??? Itu bid’ah, Amir…” ungkap Farhan.
“ Iyalah, apa kata lho…” ucap Amir sambil berlalu dari hadapan Farhan tanpa menghiraukan apa yang dikatakannya.  Bagi Amir itu tak perlu dipertikaikan, selama dirinya punya Imam dan tau akan dasarnya.
            Keesokan harinya, seperti biasa Amir terlebih dahulu mampir ke rumah Farhan sebelum berangkat ke sekolah. “ Assalamu’alaikum…” terlihat Farhan yang tengah menyantap sarapannya “ Wa’alaikum salam, masuk, mir. Sarapan dulu ayo…!!! Ajak Farhan. Amirpun terinspirasi melihat Farhan yang tengah serius menyantap sarapannya dengan menggunakan sendok “ Farhan, Farhan… tau gak Rasulullah makan pake’ sendok kah???” kritik Amir.
“  Enggak “ jawabnya tanpa konsentrasi.
“ Iya iya, berarti bid’ah dong kalo makan pake’ sendok…” sindir Amir.
“ Eh iya, mir. Terpaksa ini, masak makan pake’ kuah, sama tangan, mir”.
“ Kan, katanya sesuatu yang gak ada di zaman rasul itu bid’ah…” ucap Amir dengan ketawa sedikit.
            Beberapa hari kemudian mereka mengikuti study tour di Solo, karena dalam keadaan musafir Amir pun menjamak dan mengqosor sholatnya, di belakangnya ada Farhan yang tengah bermakmum padanya. Tiba-tiba seusai mereka sholat Farhan berkata dengan nada kasar “ Mir, kamu ini sesat??? Sholatnya kok kayak gitu, dirangkap-rangkap. Itu tidak sesuai…!!!”
“ Apanya sih? Kenapa tadi kamu ikut makmum ke saya, kalau ujung-ujungnya komeeeeen aja!!!” Jawab Amir santai.
“ Tau ah…” Farhan beranjak.
“ Ya Allah, ampuni teman saya itu. Ketidak tauannya akan semakin melenyapkan dirinya”.
Begitu pula saat mereka melaksanakan sholat subuh terdengar Amir yang membaca qunut di I’tidal kedua. Farhan pun mengecamnya kembali “ Amir, kenapa kamu baca qunut???” Tanya ketus. “ Aku gak akan jawab pertanyaan-pertanyaanmu!” jawab Amir sembari beranjak dari hadapan Farhan.
            Amir begitu sangat berbeda dibandingkan Farhan, ia begitu senang berkawan dengan siapa saja. Baik antara sesama muslim ataupun non muslim, hingga ia banyak disegani oleh siapapun atas keramahannya kepada sesama maupun toleransinya antar umat beragama. Siapa sangka persahabatan mereka tiba terjadi pertikaian “ Kamu itu kafir, mir…!!!” ucap Farhan dengan penuh emosi. “ Astaghfirulloh, Farhan. Jaga mulutmu…” jawab Amir sedikit marah.
“ Orang yang bergaul dengan suatu golongan, maka orang itu juga termasuk golongan itu. Kau pantas dibunuh ,mir”.
“ Apa??? Kamu mau membunuh sahabatmu sendiri???”
“ Apa boleh buat, kafir itu musuh islam”
“ Coba sebentar saja kamu baca surat Al-kafirun dan renungilah artinya….”
“ Untuk apa???”
“ Agar fikiranmu jernih kembali, Farhan… bukankah kita sama, sama-sama beragama islam, sama-sama berpedoman Al qur’an dan Al hadist, kita juga bersaudara. Karena semua umat islam itu bersaudara, kecamkan itu. Janganlah semudah itu kau katakan jihad, seenaknya membunuh. Tanpa kau sadari kau akan membunuh saudara-saudaramu sendiri. Sudah tertera dalam Alquran untuk saling bertoleransi antar umat beragama. Islam itu indah, lembut, dan penuh kedamaian, janganlah kau perlihatkan akan keangkuhan islam. Janganlah mengkafirkan orang yang tak kafir. Berhentilah kamu dari kelompok-kelompok radikal yang hanya membuat resah orang lain dengan embel-embel jihad. Menyerukan kata ALLOHU AKBAR, tapi hatimu berpaling.” Amirpun beranjak dari hadapan Farhan dan tak terduga Farhan menembak Amir hingga menghilangkan nyawanya. Dan hingga akhirnya Farhan di eksekusi mati.
            Sungguh malang, sungguh sayang saat agama dan teologi yang dianggapnya benar, tanpa terbayang membawanya ke kolong kefasikan. Dan membuka cakrawala kehancuran nan penuh ironi.



#####SEKIAN#####



HERWININGSIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram